Teman-teman, mungkin (saya kira tepatnya PASTI) banyak dari antara teman-teman yang kagum dengan motivator bernama Pak Mario Teguh (saya pun demikian), atau dari teman FB (kalau saya sendiri semacam mas Robertus Ook, Cahaya Lilin (alias Agustinus Cahyana) bahkan sampai level Psikolog mba Presto (Pristi Andika) dll).
Betapa kita kagum dengan kata-kata bijak-nya, mungkin sentilan-sentilan ringan sampai berat tentang sikap hidup dan kebiasaan kita. Komentar yang sering saya baca adalah " Kata-kata Bapak sangat menyentuh..." atau "Wooow...kena banget tuh" dan lain-lain yang menunjukkan betapa terkenanya kita dengan kata-kata/nasehat/sentilan tanpa sentilun dari beliau.
Sekarang, mari kita kondisikan jika Pak Mario Teguh (atau siapa pun motivator itu) mengejawantah di tengah-tengah kita sebagai sosok lain, entah sebagai orang tua, saudara, teman bermain, teman di sekolah, di kampus, rekan kerja, dosen atau guru atau apa pun itu.
Akankah komentar-komentar itu akan muncul saat teman/saudara atau partner kita memotivasi kita agar bersikap, bertindak dan bertutur lebih baik ? Atau malah " Ah..rese lu !" atau "Sotoy !!" atau "Siapa lu ?" atau "Bukan urusanmu Man !" atau komentar negatif lainnya.
Benarkah kata-kata motivator di TV, radio, buku, page di FB atau twitter itu benar-benar telah membuat kita/memotivasi kita untuk menjadi baik ? Atau hanya perasaan kita saja dan orang-orang di sekitar kita sebenarnya tidak merasakannya ?
Atau sebenarnya, kita hanya mengagumi kata-katanya, sekedar tersentuh ?
Teman-teman, motivasi dari orang tua, saudara, teman, saudara, rekan kerja, guru, dosen atau siapa pun yang peduli dengan kita secara personal (bahkan orang di jalan yang menegur kita karena membuang sampah sembarangan atau ugal-ugalan naik motor, dsb) lebih bermakna besar dalam proses hidup kita. Bagaimana dia atau mereka dengan lingkup yang lebih kecil tentunya, ingin melihat kita secara langsung menjadi baik.
Kata-kata motivasi bukan sekedar kata-kata indah, namun teguran dan kritikan pun sesungguhnya suatu dorongan lebih nyata agar kita menjadi lebih baik.
DAN YANG UTAMA : Semua kembali dari dalam diri kita. Seberapa bagusnya sebaris kata-kata motivasi, setenar apa pun motivator itu, jika tidak ada niat baik untuk mengaktualisasikannya. semuanya hanya seperti parfum. Semprat-semprot di badan, harum..setelah itu hilang.
Merefleksikan sabda Sang Putra yang tertulis dalam Lukas 5:4 "..."Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan." ". Benarkah kita sudah terlebih dahulu 'menjala ikan' pada bagian 'laut' yang lebih dalam di hati kita ? Atau kita malah lebih fokus pada 'jala-jala' baru yang diperjualbelikan 'sales-sales' inspirasi di media-media modern saat ini sampai lupa bahwa Yesus sudah mewariskan 'jala-jala' yang lebih berkualitas meski sekarang lebih terlihat 'jadul' alias kuno ? 'Jala-jala' baru yang ingin kita beli/miliki atau bahkan sudah terbeli. Pertanyaannya adalah bermanfaatkah ? Bermanfaat sampai berapa lama ? Jangan-jangan setelah melewati batas hari, lalu 'jala-jala' itu hilang atau bahkan setelah acara selesai 'jala-jala' itu pun selesai dari pikiran kita.
Sekali lagi...Salam (bukan) Super.
Ini hanya sekedar coretan, dari sebuah dunia kelam, jauh dari langit. (OTePe)
No comments:
Post a Comment