Luk 11:23 Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan."

Tuesday, December 23, 2014

Mengucapkan Natal ? Haram dong....

Alkisah, seorang ibu muda sepulang dari misa Natal pagi bersama dengan keluarga kecilnya. 

Setelah pulang sebentar ke rumah, dengan mobil keluarga mereka bersiap-siap untuk mengunjungi sanak-saudara, kerabat, sahabat dan handai taulan, atasan di tempat kerja termasuk ke Susteran dan mantan guru dari saat TK-SMA baik guru TK-SD anak mereka maupun TK-SMA guru suami istri tersebut. Daftar sudah lengkap disusun.



Tidak cukup sehari memang untuk bersilahturami di hari Natal ini saking banyaknya. Hari esok masih ada, toh Natalan berlaku bisa satu minggu ke depan dari hari H. 
Ada satu hal yang mengganjal di hati sang suami, karena istrinya tidak memasukkan nama salah satu kakak kandungnya ke dalam daftar kunjungan. Ini berlangsung sudah sejak dua tahun lalu, ketika mertua laki-laki (alias bapak sang istri) meninggal dunia.

Suatu malam, sambil menyaksikan film Doraemon, Stand By Me hasil unduhan gelap (uupsss) sang suami mengajukan ajakan "Ma, besok Natalan ke rumah mba Maria ya...kita belum kesana sudah lama sejak Bapak seda". Ajakan ini diajukan dengan cadangan tameng menghadapi respon negatif. "Apa ?! Gak ada ajakan lain yang bagus Pa ? Mengganggu suasana saja ! Sana kalau Papa mau ke sana sendiri. Haram kesana !!" Nah khan...untung sang suami sudah siap, coba kalau gak siap...bisa perang panas dingin malam itu.

Kisah fiktif di atas mungkin saja terjadi di tengah-tengah kita sebagai (katanya) pengikut Orang Gila dari Nazareth. Padahal mungkin ikut gemas dengan berita baik teks maupun foto-foto dari oknum-oknum anti keberagaman dan anti perbedaan kepercayaan soal mengharamkan mengucapkan selamat hari raya keagamaan bagi umat yang berbeda keyakinan. Bukan cuma gemas, mungkin juga marah dan mencaci maki di sosial media, ikut menyebarkan foto dan berita di BBM atau sejenisnya. Tapi di dalam diri sendiri ?

Iman membutuhkan kedewasaan, kedewasaan membutuhkan proses. Dalam proses membutuhkan pendampingan. Sudahkah kita memilih pendamping/pembimbing untuk mengikuti proses menuju kedewasaan dengan baik ? Tidak harus Romo atau Suster, tidak perlu guru agama. Tapi siapa saja yang memiliki niat baik, pengalaman hidup yang teruji, dan tentunya memiliki kedewasaan itu sendiri.

SELAMAT NATAL dan TAHUN BARU.... (otp)

No comments:

Post a Comment