Luk 11:23 Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan."

Saturday, November 15, 2014

Rumah Kosong

Salam sejahtera,

Cerita ini diinspirasi dari kejadian di sebelah rumah. Sebuah rumah kosong, terakhir digunakan sebagai kantor sebuah perusahaan perkebunan di Cilacap. Entah karena apa, sudah beberapa waktu rumah itu dibiarkan tak berpenghuni, kosong dan tak terawat. Memang, bagian belakang rumah itu yang dikelilingi pagar tembok tebal dan tinggi ada yang memanfaatkan untuk ditanami. Dan kadang ada seorang pemuda (yang terganggu mentalnya) tidur di rumah itu dan turut membersihkan halaman bagian depan serta membakar sampah atau pun rumput-rumput ilalang yang kering.


Dibandingkan dengan rumah saya yang persis ada di sebelahnya, rumah itu relatif lebih baik. Kayu, bata sampai dengan genting yang digunakan. Walau model lama. Sampai beberapa waktu kemarin, di suatu malam terdengar suara gemuruh, mengundang kami yang bersebelahan untuk mencari sumber suara itu. Dari belakang sampai depan. Dan dengan cahaya lampu senter, terlihat atap bagian depan rumah itu runtuh.

Kejadian itu jadi bahan cerita kami yang bertetangga dengan rumah itu. Mengapa rumah yang masih kelihatan baik itu bisa 'ambruk' ? Secara logika kan harusnya rumah di sebelahnya (rumah saya) yang memang dulu dibangun dengan sederhana. Ternyata, banyak kejadian dimana rumah kosong yang lama tak dihuni dan dirawat akan cepat rapuh, akan terlihat menyeramkan sebagus apapun. Konon akan menjadi tempat bersemayam roh-roh jahat.

Saudara-saudara terkasih, rumah kosong itu bisa jadi adalah jiwa dan hati kita. Lihat diri kita atau sekeliling kita. Berita-berita kejahatan lalu lalang, berita orang-orang berangkara murka, berseliwerannya orang yang terganggu mentalnya di jalan-jalan kota, pelajar/mahasiswa yang terjerumus dalam pergaulan 'buruk'. Korupsi, narkoba, sex bebas, pencurian, gank motor, dan lain-lainnya menjadi hal yang jamak di Indonesia akhir-akhir ini. Karena apa ? Jiwa/hati yang terlalu lama kosong. 


Mungkin kita atau mereka beragama, rajin beribadah sesuai ajaran agama masing-masing bahkan kalau perlu menuangkan komunikasi privat dengan Yang Kuasa di media sosial. Tapi ternyata semua itu seperti pemuda yang terganggu mentalnya di depan rumah kosong tadi. Hanya membersihkan bagian luar tetapi tidak bisa mengisi, merawat dan menghangatkan bagian dalam yaitu jiwa dan hati. Lubang sangat besar di dalam untuk dihuni oleh roh-roh kegelapan. 

Bagaimana supaya jiwa dan hati kita terisi, terhangatkan dan terawat oleh kuasa Terang ? Jalani hidup ini dengan rasa syukur dan tulus. Mintalah kepada Yang Kuasa selalu agar mengisi ruang-ruang kosong dalam hati dan jiwa kita. Lakukan doa sebagai komunikasi pribadi bukan untuk dipamerkan. Aplikasikan doa kita dengan karya-karya berdasar kasih, ketulusan dan kejujuran.

Semoga kita selalu terberkati dan juga menjadi saluran berkat bagi siapa pun.

Salam Triennium OMI. (otepe)

1 comment: