Luk 11:23 Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan."

Monday, September 1, 2014

Orang-orang Kudus 1 September 2014


Santa Teresa Margareta Redi

Iman seorang anak tak lepas dari bimbingan orangtuanya. Itulah yang terjadi pada Anna Maria Redi. Dara cantik bermata biru, berambut keemasan dan bertutur kata lembut ini, dijuluki Little Madonna oleh saudara lelakinya, Cecchino.


Setiap pulang dari Misa di gereja, ayahnya Count Ignatius Redi selalu membahas sikap-sikap selama mengikuti Ekaristi. Ini membuat gadis bangsawan itu mencintai Ekaristi sejak kecil. Ia pun sering mengaku dosa sejak berumur tujuh tahun dan menerima Komuni Pertama pada usia 10 tahun. Ayahnya juga mengajarkan devosi kepada Hati Kudus Yesus.

Ibunya Camilla Billeti, menghiasi rumah mereka dengan lukisan-lukisan rohani dan menempatkan benda-benda rohani di tempat yang pantas. Bahkan di kamar Anna Maria ada altar kecil untuk berdoa.

Keluarga ini terbiasa berdoa bersama dan mengikuti Misa harian di kapel dekat rumah. Kapel itu dipenuhi lukisan kisah Santo Fransiskus dari Asisi yang menjadi teladan bagi Anna Maria untuk hidup miskin. Ia dibaptis pada usia sehari oleh pamannya, Pastor V.R. Canon John Baptist, pada perayaan Bunda Maria dari Gunung Karmel.

Ayahnya menganggap pendidikan di sekolah Katolik sangat penting bagi perkembangan iman dan kepribadian Anna Maria. Saat orang lain menganggap bahwa menyekolahkan anak perempuan hanya membuang-buang uang saja, keluarganya berhemat agar ia dan saudara-saudaranya bisa mengenyam pendidikan di sekolah Katolik.

Pada usia sembilan tahun, ia dikirimke sekolah Benediktin Santa Apollonia di Florence. Sekolah ini menerapkan kesederhanaan dan aturan ketat. Ayahnya melihat, sejak berusia enam tahun Anna Maria telah tertarik pada hal-hal rohani dengan selalu bertanya, “Katakan padaku, siapakah Allah itu?”

Di sekolah Benediktin Santa Apollonia, Anna Maria belajar berdoa dan berdevosi dengan lebih baik dalam bimbingan Dom Peter Pellegrim. Retret yang diikutinya membuat jiwanya semakin terpikat pada Hati Kudus Yesus, Ekaristi, dan Bunda Maria. Ayahnya merupakan pembimbing rohani pertama baginya.

Hidup sunyi

Anna Maria lahir di Kota Arrezo, Tuscia, Italia, pada 15 Juli 1747, sebagai anak kedua dari 13 bersaudara. Lima adiknya meninggal kala masih bayi. Meskipun dari kalangan bangsawan yang berkecukupan, bukan berarti kedelapan bersaudara itu boleh bermalas-malasan di waktu luang. Anna Maria belajar menjahit dan merajut. Ia juga meluangkan waktu untuk berdoa secara pribadi. Ia pun sering berdoa di sudut taman.

Anna Maria terus mencari jawaban atas pertanyaan, siapa Tuhan itu. Suatu hari ia mendengar kutipan dari Surat I Santo Yohanes 4:8, “Allah itu kasih”. Maka, saat berusia 17 tahun, 1 September 1764, ia memutuskan masuk Biara Suster-Suster Karmelit Tak Berkasut di Florence. Ia tertarik dengan jalan hidup kawan lamanya di sekolah Cecilia Albergotti, yang masuk Biara Karmel. Ini merupakan hasil kontemplasi yang mendalam ketika menyadari bahwa Tuhan itu kasih, dan jawaban atas pertanyaannya tentang bagaimana cara menyenangkan dan membalas kasih Tuhan. Ia terpanggil untuk hidup sebagai kurban bagi Allah.

Saat usianya 18 tahun, ia menerima jubah Karmel dengan nama biara Sr Teresia Margareta dari Hati Kudus Yesus. Kemudian ia dikenal sebagai Santa Maria Margareta Redi atau Santa Teresia Margareta Redi.

Di biara, ia hidup dalam kesunyian, keheningan yang tersembunyi. Suster Teresia Margareta bukan sosok yang populer. Ia tidak melakukan hal-hal yang luar biasa di komunitasnya. Ia hanya mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan membantu merawat para suster lansia dan teman sekomunitas yang sakit. Hati, hidup, dan pikirannya amat sederhana. Ia tidak pernah belajar teologi dari buku-buku, tetapi mampu memasuki kebenaran dogma dengan iman murninya.

Ia ingin mencintai Yesus secara tersembunyi. Sebab, menurutnya, perkara-perkara baik biarlah dilakukannya tanpa orang lain tahu. Jika diketahui orang, itu akan mendatangkan pujian dan ketenaran. Ia menghindari hal itu dan biarlah Tuhan saja yang tahu.

Ia senang menyatukan penderitaannya dengan sengsara Yesus dengan cara tidur di lantai, membuka jendela di malam musim dingin, dan melaksanakan disiplin secara ketat. Ia selalu mengesampingkan keinginan pribadi, apalagi hiburan-hiburan. Inilah yang disebutnya ‘membalas Cinta dengan cinta’, dan ia menjalaninya dengan senyum. Ia melayani seperti Marta, namun juga hening mendengarkan Tuhan seperti Maria. Jiwanya kontemplatif, mampu melihat kehadiran Tuhan pada setiap peristiwa dan merasakan pendampingan Bunda Maria.

Saat menuntut ilmu di sekolah Benediktin, ia bukan siswi yang menonjol. Ia mengalami kesulitan dalam pelajaran bahasa Latin dan matematika. Namun, kekurangannya itu tertutupi oleh sikap patuh, disiplin, dan rendah hati. Masa postulannya di biara hanya satu bulan, padahal seharusnya tiga bulan. Saat itu, lututnya terkena infeksi bisul dan harus dioperasi.

Anna Maria bisa masuk novisiat karena kesepakatan para biarawati yang lebih mempertimbangkan kematangan spiritual dan kepatuhannya. Ia hanya hidup empat tahun setelah mengucapkan kaul. Pada 6 Maret 1770, ia merasakan sakit perut luar biasa. Organ dalamnya mengalami perdarahan. Ia sempat menerima Sakramen Perminyakan dan Komuni. Setelah 18 jam dalam sakratul maut yang dijalaninya dalam doa, keesokan harinya pada pukul 14.00, Suster Teresia Margareta wafat dalam usia 23 tahun. Kepalanya tersandar pada salib yang dipeluknya.

Seperti tidur
Para biarawati khawatir jenazahnya akan segera rusak sebelum upacara pemakaman, mengingat sakitnya yang parah dan tubuhnya yang membiru. Namun, para biarawati, imam, dokter, dan provinsial takjub ketika pada hari ketiga, jenazahnya tampak seperti hanya tidur dengan kulit segar dan bibir tersenyum. Pada 1783, jenazahnya ditemukan utuh. Sejak 21 Juni 1805, jenazahnya dibaringkan dalam peti kaca di gereja Biara Karmel Florence.

Paus Pius X membeatifikasikannya pada 9 Juni 1929 dan kanonisasi dilakukan pada 19 Maret 1934. Pesta namanya diperingati setiap 1 September, hari ketika ia masuk biara.

Santa Maria Margareta Redi adalah salah satu sosok yang sangat dihormati para Karmelit di samping Santa Teresia dari Avilla, Teresia Benedikta dari Salib, Teresia dari Andes, dan Teresia Lisieux. Pendamping biaranya Pastor Ildhephonse menyatakan bahwa Suster Teresia Margareta menjadi saksi hidup spiritualitas Karmel, bukan dengan menjadi guru melainkan dengan membawa orang-orang di sekitarnya ke dalam keheningan jiwa.

Sumber : Hidup Katolik


Santo Pedro Armengol (1238-1304)

Pedro dikenal sebagai perampok ulung. Namun tiba-tiba ia bertobat dan masuk biara. Pedro menawarkan diri sebagai sandera untuk ditukar dengan 18 anak Kristen yang ditahan oleh orang muslim di Aljazair. Karena giat merasul di kawasan Islam ini, ia dihukum mati; akan tetapi secara ajaib, Pedro terbebas dari maut.











Santa Verena (350)

Wanita Mesir ini mengikuti legiun Thebais ke suatu garnisun baru di Swiss. Hingga akhir hidupnya ia berbuat amal dan bermatiraga. Ia dihormati sebagai santa pelindung para nelayan perempuan di pastoran.

Ruth (abad 11 SM)

Wanita Moab ini dikenal dalam kaitannya dengan keluarga Elimelekh, sebuah keluarga Israel dari Betlehem, daerah Yehuda. Konon pada zaman pemerintahan hakim-hakim terjadilah kelaparan hebat di tanah Israel. Elimelekh bersama Naomi, istrinya dan kedua anaknya Mahlon dan Kilyon mengungsi ke Moab sebagai orang asing.
Sepeninggal Elimelekh, Mahlon dan Kilyon menikah dengan perempuan-perempuan Moab: Mahlon dengan Opra, sedang Kilyon dengan Ruth. Sayang sekali bahwa Mahlon dan Kilyon akhirnya meninggal dunia. Dengan demikian tinggallah Naomi bersama kedua menantunya, Opra dan Ruth.
Ketika didengar bahwa Tuhan telah membebaskan umatNya Israel dari kelaparan, pulanglah Naomi ke Betlehem, Yehuda bersama menantunya. Disana Ruth bertemu dan menikah dengan Boaz, saudara Elimelekh. Perkawinan Levirat ini adalah sah menurut hukum Israel demi melanjutkan keturunan Naomi. Ruth dan Boaz memperanakkan Obed, ayah dari Yesse, yang menjadi ayah dari Daud, Raja terbesar Israel. Dengan demikian Ruth dikenal sebagai leluhur Raja Daud dan Yesus Kristus yang lahir dari keturunan Daud (Mat 1:5).


Sumber : Iman Katolik










No comments:

Post a Comment