Luk 11:23 Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan."

Tuesday, September 16, 2014

Edisi Orang Kudus 16 September 2014

Santo Kornelius dan Siprianus, Martir

Sepeninggal Paus Fabianus pada tahun 250, Takhta Suci mengalami kekosongan kepemimpinan. Masalah-masalah yang menyelimuti Gereja terus saja meningkat. Akhirnya pada 25 Maret 251 kekosongan itu terisi lagi oleh terpilihnya Kornelius sebagai Paus.

Kornelius lahir kira-kira pada awal abad ke-3 di Roma. Ia seorang imam yang saleh dan bijaksana. Namun kepilihannya sebagai Paus tidak menyelesaikan semua masalah yang melanda Gereja. Gereja terus saja dirongrong baik dari luar maupun dari dalam. Pihak kekaisaran terus melancarkan aksi penganiayaan yang mengakibatkan banyak orang Kristen murtad dari imannya. Dalam tubuh Gereja sendiri, banyak imam baik di Roma maupun di Afrika bersikap keras terhadap orang-orang yang murtad itu. Di bawah kendali Novatianus, imam-imam itu mengajarkan bahwa tak seorang pun yang telah menyangkal imannya dapat diterima kembali dalam persekutuan Gereja Kristus, kendatipun mereka membayarnya dengan sesal dan tobat yang mendalam serta denda yang besar. Ajaran ini dimaksudkan untuk melindungi tata tertib Gereja, namun secara tidak sadar justru bertentangan dengan asas-asas Injil Kristus.
Terhadap ajaran Novatianus, Paus Kornelius tidak segan-segan bertindak. Ia segera
memanggil semua uskup untuk mengadakan konsili guna membahas ajaran dan sikap Novatianus dkk demi tegaknya kemurnian ajaran Injil suci. Semua uskup yang hadir dalam konsili itu mengutuk ajaran Novatianus dan mencapnya sebagai bidaah. Hal itu didasarkan pada sikap Kristus sendiri yang datang bukan untuk memanggil orang-orang yang saleh melainkan untuk memanggil orang-orang berdosa.
Sepeninggal Kaisar Gayus Decius, keadaan Gereja bertambah genting. Kaisar baru Gayus Vibius Trebunianus Gallus terus melanjutkan pengejaran terhadap umat Kristen. Atas perintahnya, Paus Kornelius ditangkap pada tahun 253 dan dibuang ke Civita Vecchia, sebelah utara kota Roma. Dari tempat pembuangannya, Kornelius tetap menyurati sahabatnya Siprianus, Uskup Kartago untuk meneguhkan hatinya dalam memimpin umatnya. Akhirnya Kornelius meninggal dunia di tempat pembuangannya sebagai akibat dari penderitaan hebat yang dialaminya. Jenazahnya dibawa kembali ke Roma dan dimakamkan di pekuburan Santo Kallistus.

Dalam Audiensi Umum tanggal 6 Juni 2007, Paus Benediktus XVI berbicara mengenai seorang Bapa Gereja dari abad ke-3 yang terkenal akan kesetiaannya pada Gereja Katolik. Bapa Gereja itu adalah Santo Siprianus dari Kartago. St. Siprianus lahir di Kartago disebuah keluarga yang kaya namun beraliran Paganisme. Dia menjadi seorang Katolik ketika dia menginjak umur 35 tahun. Ia adalah Uskup Afrika pertama yang mendapatkan mati demi imannya kepada Kristus dan Gereja Katolik. 

Disini Katolisitas Indonesia akan menampilkan beberapa kutipan dari Santo Siprianus terutama yang berbicara mengenai dogma "Extra Ecclesiam Nulla Salus" yang dinyatakan oleh Paus Benediktus XVI. Kalimat ini memang sudah dikenal sejak lama dan Santo Siprianus-lah yang pertama kali mengucapkannya namun masih secara eksplisit. 
Sungguh, Gereja Katolik adalah subyek pembicaraan yang paling St. Siprianus sukai. Ia selalu membedakan bahwa Gereja Katolik itu ada yang tampak (hierarkis) dan ada juga yang tidak tampak (mistik). Tetapi ia menegaskan bahwa hanya ada satu Gereja, yaitu Gereja yang didirikan diatas Santo Petrus.

Dia tidak kenal lelah untuk memberitahukan semua orang bahwa “Orang yang memisahkan diri dari Tahkta Santo Petrus, yang di atasnya Gereja telah dibangun, apakah dia masih berpikir bahwa dia masih didalam Gereja? ” [On the unity of the Catholic Church],4).



Siprianus sangat tahu bahwa “di luar Gereja tidak ada keselamatan” dan mengungkapkannya dengan tegas.(Epistles 4, 4 and 73, 21). Dan Ia juga tahu bahwa“tak seorang pun dapat mempunyai Allah sebagai Bapa kalau tidak mempunyai Gereja sebagai Ibu”. (De unit., 6). Karakteristik yang tidak terpisahkan dari Gereja adalah kesatuan yang dilambangkan oleh Jubah Kristus yang tidak berjahit. (ibid., 7). Siprianus berkata bahwa kesatuan itu didirikan diatas Santo Petrus dan disempurnakan dalamperayaanEkaristi. (Epistle 63, 13).

Dia tidak kenal lelah untuk memberitahukan semua orang bahwa “Orang yang memisahkan diri dari Tahkta Santo Petrus, yang di atasnya Gereja telah dibangun, apakah dia masih berpikir bahwa dia masih didalam Gereja? ” [On the unity of the Catholic Church],4).

“Allah itu adalah satu, dan Kristus itu satu dan iman juga adalah satu. (De unit., 23).
Dominus illuminatio mea! 
diterjemahkan dari situs vatican.va

No comments:

Post a Comment