Luk 11:23 Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan."

Friday, September 19, 2014

Edisi Orang Kudus 19 September 2014

Santo   Yanuarius, Martir

Konon Yanuarius lahir di Napoli, Italia pada akhir abad keempat. Beliau adalah Uskup Beneventum, Italia Selatan pada masa penganiayaan terhadap orang Kristen di bawah pemerintahan Kaisar Diokletianus.Pembunuhan atas dirinya bermula dari kunjungannya ke penjara
untuk menengok sahabat-sahabatnya yang dipenjarakan: Sossus, seorang diakon dari Miseno, bersama dengan Proculus, diakon dari Pozzuoli, dan dua orang awam lainnya: Euticius dan Acutius. Sedang ia menghibur rekan-rekannya itu, ia ditangkap dan diseret masuk penjara. Ia ditangkap oleh kaki tangan Gubernur Campania, bersama-sama dengan teman seperjalanannya diakon Festus dan Desiderius.
Setelah mengalami aneka siksaan fisik, mereka semua dibawa ke kandang binatang buas yang kelaparan. Aneh sekali bahwa binatangbinatang buas yang kelaparan itu seolah-olah takut menyentuh tubuh mereka. Melihat itu, rakyat bersama gubernurnya malu dan menuduh mereka menggunakan ilmu gaib untuk membungkam binatang-binatang garang itu. Segera para penguasa memutuskan hukuman penggal kepala atas mereka. Mereka mati terbunuh pada tahun 305 di Pozzuoli. Jenazah Uskup Yanuarius dibawa ke Napoli dan dimakamkan di dalam katedral.



Pada abad ke lima relikui Santo Yanuarius dipindahkan ke San Gennaro, dekat Solfatara. Selama perang Norman, relikui itu dipindahkan ke Beneventum, lalu kemudian ke Monte Virgine. Pada tahun 1491, relikui itu dibawa ke Napoli dan dimakamkan di sana.
Yanuarius dihormati sebagai pelindung kota Napoli. Selama abad ke-4, sebuah tempat yang berisi darah diperkirakan berasal dari Yanuarius. Darah itu tersimpan di dalam katedral Napoli. Setiap tahun, darah itu mencair kembali pada tanggal pestanya, 19 September. Mengenai hal itu, tak ada suatu pembuktian ilmiah yang dapat menjelaskan hal itu. Tetapi oleh umat kota Napoli, kejadian aneh itu merupakan sebuah mujizat.















Santo Theodorus, Uskup dan Pengaku Iman    
Sepeninggal Uskup Canterbury, Inggris, Sri Paus memilih Theodorus sebagai penggantinya meskipun usianya sudah 66 tahun. Theodorus yang dikenal sebagai seorang biarawan awam ini lahir pada tahun 602 di Tarsus (Turki Timur), kota kelahiran Santo Paulus Rasul.
Sebagai gembala umat, Theodorus menyadari situasi umum Gereja di Inggris. Gereja belum benar-benar berakar di tanah Inggris. Oleh karena itu ia berusaha keras untuk memecahkan berbagai masalah yang ada dalam tubuh Gereja. Ia memanggil sinode para uskup Inggris untuk mendiskusikan masalah-masalah itu sampai tuntas. Tata cara hidup para imam, rohaniwan/wati dan lembaga-lembaga gerejawi dibaharuinya. Di bidang pendidikan ia membuka sekolah-sekolah di bawah pimpinan Santo Adrianus dari Afrika. Ia membaharui liturgi, nyanyian-nyanyian koral dan menegakkan hukum Gereja, serta berusaha mempererat hubungan Gereja di Inggris dengan Roma. Theodorus meninggal dunia pada tahun 690.

Santa Emilia de Rodat, Pengaku Iman

Emilia lahir di Rodez, sebuah kota di Prancis Selatan pada tahun 1787. Semenjak kecil dia
dididik dan dibesarkan oleh neneknya di Villefranche-de-Rouergue, tak jauh dari Rodez. Di sana pada usia mudanya ia dikenal sebagai seorang gadis periang, penuh optimisme. Tetapi pada usia 17 tahun ia mengalami suatu perubahan yang mendalam, lalu memutuskan untuk mengabdikan seluruh hidupnya kepada Tuhan.
Mula-mula ia berkarya sebagai seorang guru bantu di sekolah Maison Saint-Cyr, Villefranche. Tetapi kemudian ia memprakarsai pendirian sebuah sekolah khusus untuk anak-anak dari keluarga-keluarga miskin tanpa memungut biaya. Sekolah ini dimulainya pada tahun 1815 dengan dukungan kuat dari Abbe Marty, kepala sekolah Maison Saint-Cyr, Villefranche.
Sekitar tahun itu ia menjadi suster. Beberapa tahun kemudian ia kemudian mendirikan sebuah kongregasi baru: 'Kongregasi Keluarga Kudus dari Villefranche'. Kongregasi ini berkarya di bidang pendidikan, perawatan kesehatan dan pemeliharaan orang-orang miskin. Rumah biaranya didirikan di Aubin, dekat Rodez. Emilia meninggal dunia pada tanggal 19 September 1852. Ia dinyatakan 'kudus' pada tahun 1950.

Sumber / Tautan sumber gambar ada pada gambar

SANTO FRANSISKUS MARIA DARI CAMPOROSSO [1804-1866] (Sumber)

Pada hari ini, tanggal 19 September, Gereja dan teristimewa segenap anggota keluarga besar Fransiskan memperingati Santo Fransiskus Maria dari Camporosso. Dalam tanah pemakaman di Genoa, pada sebuah patung dari Santo Fransiskus Maria dapat dilihat inskripsi sebagai berikut: “Fransiskus dari Camporosso dilahirkan pada tanggal 27 Desember 1804, dan meninggal dunia pada tanggal 17 September 1804. Orang miskin dalam Kristus ini lebih diberkati dalam memberi daripada dalam menerima. Dengan roti dan nasihat serta penghiburan, ia selalu siap untuk melayani penderitaan dan berbagai kebutuhan orang-orang yang datang kepadanya. Kehidupannya yang keras dan kudus dimahkotainya dengan pengorbanan yang dibuatnya sendiri pada awal epidemi di tahun 1866. Kesedihan dan rasa syukur dari orang-orang mendorong mereka untuk mengabadikan gambaran dirinya dalam bentuk patung marmer ini.” 
Yohanes Pembaptis Croese dilahirkan di Camporosso di kekaisaran Italia, di perbatasan sebelah barat Liguria. Keluarganya memiliki sebuah rumah sederhana dan juga sebidang tanah pertanian yang tidak luas. Pendidikan elementer Yohanes diterimanya dari pastornya.
Ketika berusia 18 tahun, Yohanes menjalin tali persahabatan dengan para saudara dina Konventual, hal mana memimpinnya untuk bergabung sebagai anggota Ordo Ketiga (sekular) Santo Fransiskus yang ada di biara Konventual di Sestri, dan diterima pada tanggal 14 Oktober 1822 serta diberikan nama Antonius.
Kurang sepenuhnya puas dengan semangat dan kehidupan spiritual yang dialaminya di tengah-tengah para Fransiskan Konventual menyebabkan Yohanes pergi dan mengunjungi biara Kapusin di Voltri, di tempat mana dia mencurahkan segala isi hatinya kepada Sdr. Alexander Canepa, seorang Kapusin dari Genoa. Pada suatu pagi hari sekali, pada musim gugur tahun 1824, Yohanes dengan diam-diam meninggalkan biara Konventual di Sestri dan mengajukan permohonan agar dapat diterima sebagai seorang postulan Kapusin. Dalam biara itu Yohanes diberi nama Fransiskus Maria. Setelah menjalani masa postulansi selama hampir tiga tahun, Fransiskus Maria meninggalkan Voltri untuk memulai masa novisiatnya di biara pembinaan para novis Santo Barnabas di Genoa, di mana dia memilih untuk menjadi novis yang dipersiapkan bukan untuk menjadi klerus. Kepada seorang temannya, Fransiskus Maria mengatakan bahwa pilihannya sebagai seorang novis non-klerus adalah didasarkan pada Santo Fransiskus dari Assisi sendiri yang tidak ingin menjadi imam, karena lebih disukainyalah untuk menjadi rendah hati dan taat.”
Fransiskus Maria diterima resmi sebagai seorang biarawan Kapusin pada tanggal 17 Desember 1825 dan masa percobaannya berada di bawah arahan Sdr. Bernard dari Pontedecimo. Kaul-kaul pertamanya diprofesikan di hadapan Samuel Bocciardo dari Genoa pada tanggal 17 Desember 1826. Setelah mengucapkan profesinya, Fransiskus Maria ditugaskan di biara utama provinsi, “Yang Terkandung tak Bernoda” di Genoa, yang didiami 90 orang saudara dina Kapusin, kuria provinsi, tempat merawat saudara yang sakit dan juga para saudara yang sudah “pensiun”, sebuah perpustakaan yang besar, dan tempat di mana dibuat jubah-jubah untuk para saudara. Para saudara di biara ini juga mengelola sebuah “apotik” yang terbuka untuk umum dan juga sebuah klinik/rumah sakit yang dilengkapi dengan staf di bidang kesehatan, termasuk seorang dokter, seorang dokter bedah, dan seorang dokter gigi yang memiliki lisensi. Biara itu juga merupakan sebuah pusat distribusi kayu bakar. Pada waktu itu kayu bakar adalah sumber energi satu-satunya yang ada. Kehidupan di biara itu biasanya dipenuhi dengan kesibukan dan menjadi lebih sibuk lagi pada masa munculnya gerakan anti-klerus dan anti-religius “Risorgimento” di Italia.
Fransiskus Maria membantu di mana saja tenaganya dibutuhkan, di tempat merawat orang sakit, di dapur, di taman anggrek dll. Karena banyaknya para saudara yang tinggal dalam biara “Yang Terkandung tak Bernoda” ini, maka banyak dari mereka yang bertugas sebagai peminta-minta (questor) atau kolektor derma/sedekah dari orang-orang dalam masyarakat. Ada yang bertugas di tengah-tengah penduduk kota, ada pula yang bertugas di daerah-daerah sekitar kota Genoa. Pada tahun 1831, seorang saudara yang bernama Pius dari Pontedecimo dan bertugas sebagai peminta derma di daerah pedesaan Val  Bisagno tidak lagi dapat melanjutkan tugas berat mendaki di kawasan berbukit-bukit untuk meminta derma. Oleh karena itu Fransiskus Maria mulai ditempatkan di bawah bimbingan Sdr. Pius untuk menggantikannya.  Fransiskus Maria belajar dengan cepat, bahwa meminta-minta derma menyediakan suatu kesempatan tidak hanya untuk menerima, melainkan juga untuk memberi. Fransiskus Maria menerima persembahan dari orang-orang sambil mengucapkan kata-kata yang mengungkapkan iman dan spontanitasnya yang sederhana, namun merupakan katekese yang sungguh efektif.
Di malam hari, para peminta derma di daerah pedesaan itu akan bermalam di rumah milik keluarga Sauli. Fransiskus Maria selalu mengalah terhadap saudaranya yang lebih tua, menyiapkan makan untuk mereka berdua, dan memperhatikan agar Sdr. Pius mendapat makanan yang cukup, tanpa mempedulikan ukuran makanannya sendiri. Dia memilih untuk tidur di tangga agar Pius dapat tidur diatas ranjang. Walaupun cocok untuk bekerja sebagai peminta derma di daerah pedesaan, tugas pelayanannya itu hanyalah untuk dua tahun lamanya. Setelah itu Fransiskus Maria diberi tugas sebagai peminta derma di kota.
Para peminta derma kota memainkan peranan yang bahkan lebih vital lagi untuk menyediakan kebutuhan harian para saudara yang tinggal di biara. Kota Genoa dibagi-bagi menjadi beberapa area. Seorang peminta derma bertugas dalam satu area yang sudah ditentukan. Karena para saudara dilarang untuk menangani uang, maka dia ditemani oleh seorang muda yang berasal dari salah satu keluarga penderma (yang berumur antara 6-10 tahun) yang akan membawa kantong dan menerima semua uang sedekah). Pilihan atas diri Fransiskus Maria untuk melakukan tugas pelayanan ini pada usianya yang relatif muda menunjukkan penghargaan dari para anggota pimpinan biara dan anggota-anggota biara lainnya atas dirinya.
Bruder Fransiskus Maria sangat populer di tengah orang-orang biasa. Keharuman namanya menyebar dengan cepat, juga nama panggilannya padre santo (artinya bapak suci atau biarawan yang suci). Orang-orang suka curhat kepadanya dan Bruder Fransiskus Maria selalu menyediakan waktu untuk mendengarkan mereka. Jikalau diminta untuk melakukan sesuatu, kelihatannya dia selalu melakukannya lebih daripada yang diminta. Bruder Fransiskus Maria  memberikan nasihat spiritual yang praktis-praktis namun mendalam.
Sementara para peminta derma biasanya menjalin kontak dengan para bangsawan dan pemuka Gereja, kebanyakan perjumpaan Bruder Fransiskus Maria adalah dengan para orangtua, para pemilik toko dan para pelacur. Dengan menggunakan bahasa yang tidak tidak jelimet, dia berbicara kepada semua orang tentang kerajaan Allah. Ah, sungguh mengingatkan kita akan bapak rohaninya, Santo Fransiskus, malah Tuhan Yesus Kristus sendiri! Kepada mereka yang minta nasihat, Bruder Fransiskus Maria akan mengatakan, “Percayalah! Percayalah!” Kepada mereka yang berterima kasih untuk intervensi dan doa-daoanya, dia akan mengatakan, “Saya tidak melakukan apa-apa, Madonna (Bunda Maria) lah yang menolong anda.” Kesucian hidupnya ditandai dengan keramah-tamahan serta kebaikan hati yang begitu nyata terpancar dari wajahnya. Kehidupan pribadinya dapati dilihat dari kehidupan kerasnya, pertobatannya dan ketaatannya. Sehubungan dengan tugas pelayanannya, ada banyak laporan tentang segala kesembuhan dan banyak mukjizat, termasuk pertobatan yang terjadi.
Setelah tahun 1840, para minister Kapusin memberi tugas kepada Bruder Fransiskus Maria sebagai “Kepala Peminta Derma”. Pemberian tugas ini sesuai dengan suatu adat kebiasaan lokal Kapusin di mana seorang peminta derma teladan diakui sebagai seorang “model” dan pembimbing, dan bertugas sebagai koordinator para peminta derma lainnya. Sejalan dengan “jabatan” yang baru ini datang juga tanggung jawab untuk meminta sumbangan bahan makanan-minuman untuk tempat merawat orang sakit: kopi, gula, coklat, dan kakao. Sumbangan-sumbangan berupa bahan-bahan makanan dan minuman ini dikumpulkan dan disimpan di tempat penyimpanan khusus, suatu privilese yang hanya diberikan kepada para saudara dina Kapusin. Begitu banyak barang/bahan yang di simpan di tempat itu, sehingga biara Kapusin “Yang Terkandung tanpa Noda” itu menjadi semacam pusat distribusi bagi orang-orang miskin yang membutuhkan, juga gereja-gereja dan lembaga-lembaga karitatif lainnya.
Pada waktu itu terjadilah gejolak-gejolak politik yang menimbulkan banyak perpecahan dalam masyarakat. Perpecahan-perpecahan ini membawa dampak juga dalam kehidupan biara, dengan demikian mempertahankan relasi penuh kasih antara para saudara juga tidaklah mudah. Pada tahun 1847, Sdr. Venanzio dari Turino, minister jenderal, mengunjungi biara dalam upaya menenangkan friksi/konflik yang ada. Bruder Fransiskus Maria mengkonsentrasikan energi-energi yang ada dalam dirinya pada sebuah program yang telah diterimanya bagi bina lanjutnya sendiri: penerimaan penderitaan dan pelayanan sebagai pembawa damai. Dalam berkata-kata, dia selalu mengucapkan kata-kata yang lemah lembut, mengekspresikan penghargaannya kepada orang-orang lain, dengan sukarela mengulurkan tangan untuk membantu, dan tidak pernah melupakan pribadi-pribadi yang paling kesunyian dan sedang dilanda kesedihan. Bruder Fransiskus Maria juga menunjukkan afeksinya yang besar dan pengabdian yang mendalam bagi komunitasnya.
Akan tetapi, turbulensi dalam masyarakat masih saja berlangsung. Pada tahun 1849 terjadilah huru-hara di Genoa. Malah ada sejumlah biarawan non-Kapusin ikut mengangkat senjata.  Pada akhirnya, negara menyita rumah perawatan orang sakit dan banyak bagian dari biara Kapusin di situ.
Pada tahun 1866, penyakit kolera ditemukan di atas sebuah kapal laut yang sedang  berlabuh di Genoa dan setelah itu semua kapal laut yang ada dikarantinakan. Pada tanggal 5 August, kasus Kolera yang pertama di kota Genoa dilaporkan. Walaupun dia dan saudara-saudara yang lain merasa takut juga, Bruder Fransiskus Maria terus melanjutkan pelayanannya di tengah orang-orang, mempersembahkan dirinya sendiri sebagai kurban kasih, menolong orang-orang yang terjangkit penyakit yang pada zaman itu sangat mematikan. Pada tanggal 31 Agustus, dilaporkan bahwa terdapat 232 kasus, 130 di antaranya mengakibatkan kematian.
Pada tanggal 17 September, Bruder Fransiskus Maria juga wafat sebagai salah seorang korban penyakit kolera ini. Tubuhnya dengan cepat dimasukkan ke dalam peti sederhana dan dibawa ke pemakaman di Staglieno. Dalam kehidupannya Bruder Fransiskus Maria mempersembahkan dirinya sendiri sebagai kurban kasih bagi mereka yang terkena wabah kolera.  Setelah kematiannya, penduduk berdoa kepada sang padre santo agar melakukan doa syafaat demi keselamatan kota Genoa dan penduduknya. Hanya dalam beberapa minggu saja, epidemi kolera tersebut berhenti melanda kota Genoa.
Pada tahun 1911, jenazah Bruder Fransiskus Maria dipindahkan ke Gereja Kapusin “Yang Terkandung tak Bernoda”. Pada tanggal 30 Juni 1929, Paus Pius XI menetapkan Bruder Fransiskus Maria sebagai seorang beato. Pada tanggal 9 Desember 1962, pada penutupan sesi pertama Konsili Vatikan II, Paus Yohanes XXIII mendeklarasikan Beato Fransiskus Maria sebagai seorang Santo, bersama dua orang lainnya, yaitu Santo Julian Eymard dan Santo Antonius Maria Pucci. Sebagai tambahan informasi: Baik Paus Pius XI [1922-1939] maupun Paus Yohanes XXIII [1958-1963] adalah anggota Ordo Ketiga (sekular) Santo Fransiskus.

St. Alfonso de Orozco

No comments:

Post a Comment